Cari Blog Ini

media inspirasi

Sabtu, 31 Maret 2012

REJUVENASI KIPRAH PEMUDA


Kiprah pemuda-pemuda di masa lampau dilatar belakangi oleh kondisi pribumi yang sangat memprihatinkan. Kondisi tersebut merupakan gambaran hidup pribumi yang jauh dari nilai-nilai kemanusian yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Periode suram itu diawali dengan sistem kolonialisme yang diterapkan oleh Belanda. Hal ini diindikasikan dengan keberadaan V.O.C sebagai konsi dagang ciptaan Belanda di wilayah yang dalam peristilahanEthnoloog Jerman Bastian disebut sebagai Indonesia (Pasang Naik Kulit Berwarna, 1966: 275). Keberadaan V.O.C tersebut semakin melemahkan aktivitas pribumi terutama di bidang perdagangan dan ekspor. Kondisi ini semakin diperparah dengan kebijaksanaan Cultuur Stelsel yang diletakkan oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1615. Sistem ini sangat merugikan rakyat karena membuat rakyat sulit mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu pertanian. Sistem ini bertahan sampai awal abad 20. Namun, pemerintahan kolonial menerapkan kebijaksanaan membangun infrastruktur pendidikan yang dikenal dengan
Politiek Ethis (politik balas budi) pada tahun 1901. Ini digunakan sebagai maneuver
politik untuk mengendalikan suasana rakyat pada saat itu. Hanya saja, kebijaksanaan tersebut ternyata tetap menyusahkan rakyat. Sebab untuk mengakses pendidikan, rakyat harus membayar dengan biaya yang mahal sedangkan rakyat telah berada dalam kondisi miskin. Sehingga, infrastruktur tersebut hanya bisa dinikmati oleh anak- anak Belanda dan sedikit dari kaum ningrat pribumi.
Dua kebijaksanaan tersebut telah menyebabkan pribumi berada pada posisi kelas terbawah dari strata sosial masyarakat pada saat itu. Posisi kedua di tempati oleh kaum ningrat pribumi dan pendatang-pendatang dari Asia seperti Cina, India dan Arab, dan yang menempati kelas teratas adalah Bangsa Eropa yang pada saat itu menguasai aset-aset pribumi.. Namun kaum ningrat yang bisa mengenyam pendidikan itu kemudian “mengkritik” realitas yang terjadi pada kaumnya. Beberapa diantara kaum terdidik yang memiliki kepedulian untuk memperbaiki kondisi pribumi pada saat itu ialah
1Penulis adalah Kepala Presidium Harian Gerakan Mahasiswa dan Masyarakat Banten Raya
(GEMA BARAYA), Cp : 085692866833
Dr. Soetomo. Bersama beberapa sahabatnya membuat suatu organisasi pergerakan Boedi Oetomo yang menekankan pada peningkatan pendidikan gratis bagi kaum pribumi. Suasana kehidupan itu mencerminkan bahwa Hal ini mencerminkan bahwa harkat dan martabat hidup pribumi belum terangkat. Sehingga, tujuan digulirkannya Boedi Oetomo adalah untuk mengangkat harkat dan martabat hidup kaum pribumi (rakyat). Ini merupakan sikap pemuda yang diambil sebagai bentuk kepedulian. Setelah 12 tahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 2 Mei 1920 gerakan itu dilanjutkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan membangun pendidikan Taman Siswo yang lebih formal tetapi tetap gratis. Tujuan dibangun Taman Siswo adalah untuk menumbuhkan karakter kepemimpinan di kalangan pribumi. Pergerakan pemuda ini pada akhirnya bermuara pada kongres pemuda ke dua pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menggulirkan Sumpah Pemuda. Kongres ini merupakan prakarsa dari berbagai jong yang ada di wilayah Indonesia seperi jong Java, jong Borneo, jong Celebes, jong Ambon, jong Batak Bond, jong Sekar Rukun, jong Islaminten Bond dan jong-jong lainnya. Pernyataan Sumpah Pemuda adalah bertumpah darah yang satu tanah Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Isi sumpah pemuda tersebut merupakan buah karya pemuda yang merepresentasikan wilayah sebagai usaha dalam mewujudkan integrasi nasional untuk merealisasikan komitmen mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat. Jauh dari pada itu, momentum ini merupakan titik kelahiran bangsa Indonesia.
Komitmen untuk mengangkat harkat dan maratabat hidup rakyat Indonesia itu kemudian menjadi komitmen bangsa Indonesia seluruhnya. Hal ini terus digulirkan sehingga menghasilkan berbagai peristiwa sebagai pilar sejarah yang terintegrasi dan berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui, dalam persidangan BPUPKI, Pancasila ditetapkan sebagai dasar dibangun Indonesia merdeka. Maknanya, Pancasila merupakan sarana dalam menegakkan komitmen nasional tersebut. Maka dapat dipastikan bahwa Pancasila adalah interpretasi dari komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Bangsa Indonesia. Sehingga, Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan upaya untuk menegakkan Pancasila. Konvergenitas perjuangan itu mengerucut pada pembentukan NKRI pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan UUD 1945 sebagai konstitusi RI dengan
tujuan/komitmen yang tidak berubah. Komitmen tersebut kemudian dialih bahasakan
menjadi Kedaulatan Rakyat (Preambule UUD 45 alinea ke empat).
Jika kita cermati perjalanan sejarah perjuangan kebangsaan dalam mewujudkan tujuan nasional, terlihat jelas bahwa pemuda pergerakan telah memberikan kontribusi yang besar dan mengagumkan. Simpul-simpul sejarah bangsa adalah bukti kongkret dari upaya pemuda dan seluruh Bangsa Indonesia.
Terlepas dari simpang siur sejarah selama ini, dinamika pergerakan pemuda di masa- masa lalu tetap bisa dijadikan pelajaran untuk meneladani keluhuran cita-cita dan tekad yang kuat untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Tentu harus ada koreksi dan perbaikan secara cerdas dan bijak agar proses dialektika tetap berjalan.
Realitas Kehidupan Pemuda Saat Ini
Pasca reformasi tahun 1998, pemuda mengalami banyak kecenderungan. Ini bisa kita amati dari beragam warna kehidupan yang dipilih. Jika dulu pemuda benar-benar tulang punggung bangsa yang menorehkan beragam prestasi dalam memperjuangkan tujuan nasional, pemuda saat ini kurang begitu dinamis. Banyak hal yang menyebabkan hal tersebut. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ruang gerak yang terkoptasi selama ini telah mengubah arah pemikiran para pemuda. Kebanyakan pemuda menjadi “terpaksa” menggulirkanmainstrea m kebencian terhadap pemimpin negeri sendiri. Kekuatan pemuda seakan digunakan untuk menggerakkan pencapaian tujuan yang tersubordinasi oleh berbagai kepentingan pihak-pihak tertentu di bangsa ini. Arah perjuangan menjadi kabur. Sekarang pemuda dihadapkan pada dua hal yang dilematis. Memilih idealisme atau pikiran pragmatis dalam menghadapi hidup.
Kita tidak bisa memberi justifikasi atas hal ini, karena kenyataan hidup telah meruntuhkan ruang etis kiprah pemuda. Tetapi, tidak berarti pemuda lantas berpangku tangan dalam menyikapi realitas hidup yang serba tidak pasti saat ini. Pemuda tetap memiliki potensi yang masih bisa menggerakkan proses dialektika perjuangan dengan tetap mengacu pada tujuan nasional. Potensi itu tercermin dari masih adanya organisasi-organisasi kepemudaan di Indonesia. Untuk itu, organisasi-organisasi tersebut sudah selayaknya menjadi instrumen pembelajaran bagi para pemuda dalam meneruskan cita-cita kebangsaan dan kenegaraan. Pemuda harus tetap berkeyakinan bahwa proses dialektika akan menemui titik singgung yang mencerahkan masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my friend to knpi

my friend to knpi